Rabu, 30 Januari 2008

WAYANGTOPENG MALANG

SEKILAS TENTANG DRAMATARI
WAYANG TOPENG MALANG

Oleh : Bagusworo, smpn 1 wonosari.

Wayang topeng mulai ada pada abad ke 20. Cikal bakal kemunculnya adalah dari seorang penari, pengukir topeng dan dalang yang bernama Mbah Reni ( Kakek Reni ) yang pada masa kecilnya bernama Tjondro ( Condro). Beliau bekerja menjadi abdi dalem di Kabupaten Malang, sedangkan tempat tinggalnya di desa Polowijen ( sekarang Arjosari Kota Malang).

Pada perkembangannya murid-murid Mbah Reni itulah yang menyebarkan wayang topeng di Kabupaten Malang. Adapun sisa peninggalannya yang sampai sekarang masih ada terdapat di 3 (tiga) kecamatan, yaitu : Pakisaji , Tumpang dan Sumberpucung.

Wayang topeng termasuk seni teater tradisional, disebut juga dengan istilah drama tari topeng, karena semua pelaku (anak wayang) menggunakan tarian dalam memainkan suatu adegan.

Dalam penyajiannya pertunjukan wayang topeng didukung oleh :
Ki dalang
Merupakan unsur utama yang menentukan keberhasilan pertunjukkan.
Tugas dalang adalah sebagai berikut :
Ø menyampaikan cerita atau lakon baik melalui tembang maupun kata- kata ( narasi )
Ø melakukan dialog antara tokoh satu dengan tokoh yang lain
Ø pengatur irama gending dan irama tari
Anak wayang
Adalah para aktor yang memerankan tokoh dalam cerita / lakon. Anak wayang merupakan 1 (satu) tim yang dituntut untuk mahir menari topeng. Dalam setiap lakon , tokoh yang diperankan antara 30 – 35 tokoh, namun jumlah anak wayang cukup 15 – 20 orang saja, karena diantara mereka ada yang memerankan lebih dari 1 tokoh.


Panjak
Adalah pemukul gamelan yang mengiringi pergelaran wayang topeng. Pada perkembangannya panjak disebut juga dengan niyaga / wiyaga, pengrawit/ pradangga, sedangkan di Sunda disebut nayaga. Panjak harus menguasai gending-gending Malangan. Jumlah panjak pada pergelaran wayang topeng antara 10 – 15 orang.
Punakawan
Punakawan artinya sahabat / teman yang mempunyai sifat arif / bijaksana. Kedudukannya sebagai abdi, yang mengabdi pada satria yang membela kebenaran. Pada wayang topeng punakawan yang ditampilkan adalah Semar dan Bagong yang mengabdi pada Raden Panji Asmara Bangun. Selain dua punakawan tadi ada juga punakawan yang bernama Patrajaya yang mengabdi pada Raden Gunung Sari.

Cerita / lakon wayang topeng adalah cerita panji, yaitu cerita yang berlatar belakang kerajaan yang ada di Jawa Timur ( Kediri, Daha dan Singasari ), sedangkan istilah Panji sendiri adalah gelar kebangsawanan dari kerajaan yang dimaksud di atas.
Di Kabupaten Malang ada 2 (dua) pembagian wilayah cerita / lakon wayang topeng, yaitu yang berkembang di Malang Timur ( Jabung dan Tumpang ) dan Malang Selatan ( Palisaji dan Sumberpucung ).

Cerita / Lakon wayang topeng dari Glagahdowo, Pulungdowo, Tumpang :
Ø Perkawinan Panji
Ø Sekar Tenggek Lunge Jangga
Ø Lakon Gajah Abuh
Ø Lakon Walang Sumirang
Ø Tumenggung Jayakusuma
Ø Perkawinan Gunungsari
Ø Gunungsari Kembar
Ø Joko Imam Takiyur
Ø Betara Kala Lahir
Cerita / Lakon wayang topeng dari Kedungmangga, Pakisaji :
Ø Panji Reni
Ø Perkawinan Panji
Ø Panji Laras
Ø Sayembara Sada Lanang
Ø geger Gunung Wilis
Ø Keong Emas
Ø Mlati putih Edan ( Mlati – mlati )
Ø Walang Sumirang – Walangwati
Ø Badher Bang Sisik Kencana
Ø Kayu Apyung

Busana Wayang Topeng dapat diperinci sebagai berikut :
1. Hiasan Kepala
Ø Topongan : untuk raja
Ø Sastra besar dan kecil : untuk patih
Ø Gelung : untuk satria
Ø Gelung Keling : untuk Panji Amiluhur
Ø Gelung Gembol : untuk Patih Sabrang
Ø Gelung Tekes : untuk putri
Ø Udeng / ikat kepala : untuk punakawan
Ø Rambut pasangan














jamang putra jamang putra jamang putra jamang putri
2. Hiasan Telinga : sumping













3. Hiasan Muka : topeng
4. Hiasan Leher
Ø Kalung kace , menggantung di depan dada sampai perut
Ø Sampur yang menggantung














5. Hiasan Tangan
Ø Klat bahu pada lengan atas








Ø Gelang pols dekes pada pergelangan tangan










6. Hiasan Badan
Ø Disamping kace memakai stagen yang diikat
Ø Timang untuk menyelipkan keris di luar stagen
Ø Keris yang diberi hiasan ronce dari benang siet
Ø Tidak memakai baju, kecuali pendeta, putri, Patrajaya dan emban
















7. Hiasan Kaki
Ø Memakai celana panji , dengan strip kuning emas di ujung bawah
Ø Kain motif Parang keris/ parang klitik atau batik Madura















celana patih sabrangan



















celana satria

Ø Rapek susun dengan samping seperti pedang yang dihiasi dengan tebek dan ornamen



























Ø kaos kaki














Ø Gongseng pada kaki kanan.












Konsep pemanggungan / pementasan Wayang Topeng Malang adalah sebagai berikut :

Musik Pembukaan
Tari Pembukaan ( beskalan atau Srimpi )
Adegan Kerajaan Jawa ( Kediri, Jenggala, Singasari dan Urawan )
Grebeg Jawa ( Prajurit dalam perjalanan )
Adegan Kerajaan Sabrang ( Cemara Sewu, Rencang Kencana dll. )
Grebeg Sabrang
Perang Grebeg / Perang Gagal
Adegan Kerajaan ketiga atau Pertapaan
Gunung Sari dan Patrajaya
Adegan Kerajaan Jawa
Adegan Kerajaan Sabrang dilanjutkan Peperangan Besar
Penutup


Salah satu contoh lakon / cerita wayang topeng Malang

PANJI LARAS

Dikisahkan Panji Asmara Bangun telah bertahta di negara yang telah dipersatukan yaitu Jenggala dan Kediri. Para Dewa di Kahyangan mencoba menguji ketabahan Panji. Dewi Sekartaji pada waktu itu sedang hamil tiga bulan, oleh Betara Kala dicuri dan dijatuhkandi sebuah hutan. Dewi Sekartaji akhirnya bertempat tinggal di hutan dengan membuat rumah sederhana ( gubug ) untuk tempat tinggalnya. Kemudian dia mengubah namanya menjadi Timun Emas.

Genap sembilan bulan Timun Emas melahirkan bayi laki-laki yang berwajah tampan dan diberi nama Panji Laras. Di hutan itu pula Timun Emas berkawan dengan seekor naga yang bertempat di sebuah goa.

Pada suatu hari ada seekor burung elang yang menjatuhkan sebutir telor ayam yang masih utuh di dekat gubug Timun Emas. Telor itu lalu dibawa ke tempat naga untuk dierami. Akhirnya telor itu menetas menjadi anak ayam jantan dan dipelihara oleh Panji Laras yang sudah menginjak dewasa. Ketika ayam jantan itu telah besar dan menjadi seekor jago, oleh Panji Laras diberi nama Cinde Laras.

Panji Laras pergi ke desa-desa di sekitar hutan tempat tinggalnya, untuk mengadu ayam jantannya dengan ayam jantan para penduduk. Ayam jantan Panji Laras selalu menang dan tak pernah terkalahkan. Berita kehebatan ayam Panji Laras tersebar sampai ke ibu kota kerajaan. Oleh Raja Panji Laras diundang ke istana untuk mengadu ayam melawan ayam jantan raja. Kepergian Panji Laras diikuti oleh Timun Emas tapi dari kejauhan.

Sesampai di istana tiba-tiba Timun Emas menghilang, lalu muncullah sebuah huru-hara. Seorang raksasa putri telah menyamar menjadi Dewi Sekartaji. Raksasa ini bernama Wadal Werdi dan mempunyai seorang anak yang juga raksasa dengan sebutan Pangeran Raksasa.

Panji Laras mengadu ayam jantannya ( Cinde laras ) melawan ayam jantan Pangeran Raksasa. Cinde Laras dapat memenangkan pertandingan. Pangeren Raksasa yang tahu ayam jantannya kalah menjadi marah, menghunus keris dan ditusukkannya ke tubuh Panji Laras. Panji Laras ternyata lebih cekatan, tangan Pangeran Raksasa dapat ditangkap dan menusukkan keris itu ke tubuh pemiliknya. Pangeran Raksasa meninggal dunia. Lalu muncullah huru-hara, Panji Laras akan ditangkap prajurit kerajaan. Pada waktu bersamaan muncullah Timun Emas melerai perkelahian. Sang Raja Raden Panji keluar dan mengenali Timun Emas yang tidak lain adalah Dewi Sekartaji yang sesungguhnya. Panji laras akhirnya mengetahui bahwa Raden Panji adalah ayah kandungnya sendiri.

Akhirnya Panji Laras tinggal di istana bersama ayah dan ibunya hidup bahagia, sedangkan Wadal Werdi , raksasa perempuan yang menyamar menjadi Dewi Sekartaji meninggalkan istana dan kembali ke asalnya yaitu hutan belantara.


---ooo000ooo---